MAKALAH
METODOLOGI PENELITIAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Variabel adalah konsep yang diberi
lebih dari satu nilai. Setelah mengemukakan beberapa proposisi berdasarkan
konsep dan teori tertentu, peneliti perlu menentukan variabel-variabel
penelitian selanjutnya merumuskan hipotesa berdasarkan hubungan antar variabel.
Disamping berfungsi sebagai pembeda, variabel-variabel juga berkaitan dan
saling mempengaruhi satu sama lain. Fenomena social dapat dijelaskan dan
diramalkan apabila hubungan antar variabel tertentu telah diketahui.[1]
Oleh karena itu, penelitian sering
diidentikkan dengan keharusan adanya variabel, meskipun terdapat penelitian
yang tidak mengharuskan adanya variabel, tetapi menetapkan konsep tertentu,
sebagaimana telah dijelaskan dalam metode penelitian kualitatif.[2]
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
Hakikat Hubungan Antara Variabel?
2.
Bagaimana
Tipe-tipe Variabel?
3.
Bagaimana
Jenis-jenis Hubungan Antara Variabel?
C.
Tujuan
1.
Untuk
Mengetahui Hakikat Hubungan Antara Variabel.
2.
Untuk
Mengetahui Tipe-tipe Variabel.
3.
Untuk
Mengetahui Jenis-jenis Hubungan Antara Variabel.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Hubungan Antara Variabel
Sifat dan hakikat teori terletak
pada penjelasan dan prediksinya tentang fenomena-fenomena yang diamati.
Proposisi merupakan satu elemen penting dari teori. Kita dapat mendefinisikan
satu proposisi sebagai salah satu pernyataan tentang hubungan di antara dua
atau lebih konsep atau variabel. Karena itu, satu dimensi penting dari teori
(atau dalam penjelasan dan prediksi) meliputi hubungan antara fenomena atau
variabel yang dijelaskan (variabel dependen) terhadap fenomena atau variabel
eksplanatori lain (variabel independen) berdasarkan hukum-hukum umum atau
teori-teori.
Apa yang dimaksud dengan satu
“hubungan” (relations) dalam penelitian social? Satu hubungan dalam penelitian
selalu berarti satu hubungan antara dua atau lebih gejala-gejala. Oleh karena
gejala direpresentasi oleh variabel, hubungan dalam penelitian berarti satu
hubungan antara dua atau lebih variabel. Kata hubungan kadang-kadang
dipertukarkan antara asosiasi (association) dan korelasi (correlation).
Korelasi memiliki pengertian teknis khusus, sedangkan asosiasi adalah satu
ide yang lebih umum. Satu koefisien korelasi adalah satu ukuran statistic yang
mengindikasikan jumlah asosiasi, tetapi ada banyak cara untuk mengukur
asosiasi. Satu hubungan adalah tiap aspek atau kualitas yang dapat
menghubungkan atau mengaitkan dua atau lebih kegiatan atau gejala atau konsep
atau variabel. Hubungan itu ada bilamana perubahan variasi dalam satu konsep
atau variabel cenderung secara sistematik disertai oleh perubahan variasi dalam
konsep atau variabel lain.
Jadi, hubungan antara variabel
merupakan suatu perubahan berpola timbal balik antara dua variabel atau lebih.
Karena itu, bagi Walizer dan Weiner, tidak ada hubugan antara
variabel jika tidak ada perubahan berpola dan tidak ada hubungan antara
variabel kecuali perubahan itu bersifat timbal balik dan dalam cara yang
terpola. Jadi, jika dikatakan bahwa variabel X dan variabel Y berhubungan,
secara sederhana hal itu dapat diartikan bahwa kedua variabel (X dan Y) berubah
secara bersamaan. Artinya, perubahan nilai dalam variabel X disertai dengan
perubahan nilai dalam variabel Y.[3]
Tipologi Pola
Hubungan Antara Variabel
Perubahan
X
|
Perubahan
Y
|
Ada/tidak
Hubungan
|
Meningkat
|
Meningkat
|
Ada
|
Menurun
|
Menurun
|
Ada
|
Meningkat
|
Menurun
|
Ada
|
Menurun
|
Meningkat
|
Ada
|
Meningkat
secara berpola
|
Meningkat
dan menurun secara berpola
|
Ada
|
Menurun
secara berpola
|
Menurun
dan meningkat secara berpola
|
Ada
|
Meningkat
atau menurun tidak berpola
|
Meningkat
atau menurun secara berpola atau tidak berpola
|
Tidak
|
Meningkat
atau menurun secara berpola atau tidak berpola
|
Meningkat
atau menurun tidak berpola
|
Tidak
|
Tidak
berubah
|
Tidak
berubah
|
Tidak
|
B.
Tipe-tipe
Variabel
Variabel merupakan fenomena yang
dapat diukur atau diamati karena memiliki nilai atau kategori. Dalam suatu
hubungan antara variabel, ditemukan berbagai jenis variabel. Memahami
jenis-jenis variabel dalam sebauh hubungan antara variabel merupakan keharusan
bagi peneliti dalam penelitian kuantitatif. Variabel dapat dibedakan
berdasarkan dua ciri, yaitu posisi dan urutan waktu dengan pengukurannya.
Berdasarkan waktu atau posisi atau lokasi variabel dalam hubungan antara
variabel, umumnya variabel diklasifikasikan kedalam empat tipe dasar. Empat
tipe dasar variabel tersebut ialah variabel independen (independent
variable), variabel dependen (dependent variable), variabel antara (intervening
variable), variabel kontingensi (contingency variable).
Menurut hubungan antara satu
variabel dengan variabel yang lain maka jenis-jenis variabel dalam penelitian
dapat dibedakan menjadi:
1.
Variabel
Independen
Variabel ini sering disebut sebagai
variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering
disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat).
Karena fungsi variabel ini sering
disebut variabel pengaruh, sebab berfungsi mempengaruhi variabel lain, jadi
secara bebas berpengaruh terhadap variabel lain.[4]
2.
Variabel
Dependen
Sering disebut sebagai variabel
output, criteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai
variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Menurut fungsinya variabel ini
dipengaruhi oleh variabel lain, karena juga sering disebut variabel yang
dipengaruhi atau variabel terpengaruhi.
Komitmen
Kerja
(Variabel Independen)
|
Contoh Hubungan Variabel Independen-Dependen
3.
Variabel
Moderator
Variabel Moderator adalah variabel
yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel
independen dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel independen
kedua. Misalnya, hubungan perilaku suami dan isteri akan semakin baik (kuat)
kalau mempunyai anak, dan akan semakin renggang kalau ada pihak ke tiga ikut
mencampuri. Di sini anak adalah sebagai variabel moderator yang memperkuat
hubungan, dan pihak ketiga adalah sebagai variabel moderator yang memperlemah
hubungan.
Hubungan motivasi dan produktivitas
kerja akan semakin kuat apabila peranan pemimpin dalam menciptakan iklim kerja
sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila pemimpin kurang baik dalam
menciptakan iklim kerja.[5]
Perilaku
suami
(Variabel
Independen)
|
Jumlah
Anak
(Variabel
Moderator)
|
Perilaku
Isteri
(Variabel
Dependen)
|
Contoh Hubungan Variabel Independen, Moderator, dan Dependen.
Motivasi
Kerja
(Variabel
Independen)
|
Kepemimpinan
(Variabel
Moderator)
|
Produktivitas
Kerja
(Variabel
Dependen)
|
Contoh 2: Hubungan Variabel Independen, Moderator dan Dependen.
4.
Variabel
Intervening
Variabel Intervening adalah variabel
yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan
dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan
diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara
variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.[6]
Pada contoh berikut dikemukakan
bahwa tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung
terhadap harapan hidup (panjang pendeknya umur). Dalam hal ini ada variabel
antaranya, yaitu yang berupa gaya hidup seseorang. Antara variabel penghasilan
dengan gaya hidup terdapat variabel moderator, yaitu budaya lingkungan tempat
tinggal.
Harapan Hidup
(Variabel Dependen)
|
Penghasilan
(Variabel
Independen)
|
Gaya Hidup
(Variabel Intervening)
|
Budaya Lingkungan Tempat Tinggal
(Variabel Moderator)
|
Contoh hubungan variabel independen, moderator-intervening,
dependen.
5.
Variabel
Kontrol
Variabel control
adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh
variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh factor luar yang
tidak diteliti. Variabel control sering digunakan oleh peneliti, bila akan
melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Contoh: Pengaruh
jenis pendidikan terhadap keterampilan dan mengetik. Variabel independennya
pendidikan (SMU dan SMK), variabel control yang ditetapkan sama. Misalnya,
naskah yang diketik sama, mesin tik yang digunakan sama, dan ruang tempat
mengetik sama. Dengan adanya variabel control tersebut, maka besarnya pengaruh
jenis pendidikan terhadap keterampilan mengetik dapat diketahui lebih pasti.
Pendidikan
SMA & SMK
(Variabel
Independen)
|
Ketrampilan
Mengetik
(Variabel
Dependen)
|
Naskah,
tempat, mesin tik sama
(Variabel
Kontrol)
|
Contoh hubungan variabel independen-kontrol, dependen.
Untuk dapat menentukan
kedudukan variabel independen, dependen, moderator, intervening atau variabel
yang lain, harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis yang
mendasari maupun hasil dari pengamatan yang empiris. Untuk itu sebelum peneliti
memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan kajian teoritis, dan
melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada obyek yang akan diteliti.
Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan dibelakang meja,
dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di obyek penelitian.
Sering terjadi,
rumusan masalah penelitian dibuat tanpa melalui studi pendahuluan ke obyek
penelitian, sehingga setelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak menjadi
masalah pada obyek penelitian. Setelah masalah dapat dipahami dengan jelas dan
dikaji secara teoritis, maka peneliti dapat menentukan variabel-variabel
penelitiannya.[7]
Selain variael
diklasifikasikan kedalam empat tipe dasar, terdapat dua perbedaan antara
variabel kuantitatif dan kualitatif. Variabel kuantitatif diklasifikasikan
menjadi dua kelompok, yaitu variabel diskrit (discrete) dan variabel
kontinum (continous).[8]
Variabel Diskrit
diukur menggunakan ukuran skala angka atau urutan, sedangkan variabel Kontinum
diukur menggunkan ukuran skala interval rasio.[9]
1.
Variabel
diskrit
Variabel diskrit
disebut juga variabel nominal atau kategorik karena hanya dapat dikategorikan
atas dua kutub berlawanan yakni “ya” dan “tidak”. Misalnya ya wanita, atau
dengan kata lain: “wanita-pria”, “hadir-tidak hadir”, “atas-bawah”. Angka-angka
digunakan dalam variabel diskrit ini untuk menghitung, yaitu banyaknya pria,
banyaknya yang hadir dan sebagainya. Maka angka dinyatakan sebagai frekuensi.
2.
Variabel
kontinum
Dipisahkan menjadi
tiga variabel kecil, tetapi diliteratur lain terdapat empat variabel kecil
yaitu:
a)
Variabel
Nominal
Yaitu variabel
yang bersifat deskrit dan saling pisah antara kategori satu dengan yang lain.
Misalnya: jenis kelamin, jenis pekerjaa, status perkawinan dan sebagainya.[10]
b)
Variabel
Ordinal
Yaitu variabel
yang menunjukkan tingkatan-tingkatan secara berurutan. Misalnya: panjang,
kurang panjang, pendek. Untuk sebutan lain adalah variabel “lebih kurang”
karena yang satu mempunya kelebihan dibanding yang lain.
Contoh: Ani
terpandai, Siti pandai, Nono tidak pandai.
c)
Variabel
Interval
Yaitu variabel
yang mempunyai jarak, jika dibanding dengan variabel lain, sedang jarak itu sendiri
dapat diketahui dengan pasti. Misalnya: “Suhu udara diluar 31o C.
Suhu tubuh kita 37o C. Maka selisih suhu adalah 6o C”.
“Jarak Semarang-Magelang 70 km, sedangkan Magelang-Yogya 101 km. Maka selisih
jarak Magelang-Yogya, yaitu 31 km.
Dibandingkan
dengan variabel ordinal, jarak dalam variabel ordinal tidak jelas. Jarak
kepandaian antara Ani dan Siti tidak dapat diukur.
d)
Variabel
Rasio
Yaitu variabel
perbandingan, variabel ini dalam hubungan antar sesamanya merupakan “sekian
kali”.
Contoh: Berat Pak
Karto 70 kg, sedangkan anaknya 35 kg. Maka Pak Karto beratnya dua kali berat
anaknya.[11]
C.
Jenis-jenis
Hubungan Antara Variabel
Kita mengatakan
bahwa ada hubungan antara dua atau lebih variabel bila perubahan dalam nilai
dari suatu variabel disebut variabel independen. Secara sistematis membawa
perubahan dalam nilai variabel lain disebut variabel dependen. Sebagai contoh,
perubahan tingkat pendidikan membawa perubahan dalam pendapatan. Dalam satu
hubungan antar-variabel selalu ditemukan berbagai tipe hubungan. Ada lima jenis
hubungan yang selalu menjadi perhatian dalam penelitian empiris, yakni tipe,
arah, bentuk hubungan, jumlah variabel, dan besar atau kekuatan hubungan.
Adapun tipe-tipe
perbedaan pernyataan yang dapat membuat hubungan-hubungan, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a.
Pernyataan
ada hubungan: pernyataan deklaratif yang menyatakan bahwa satu variabel adalah
secara kovariasional berhubungan dengan variabel lain.
b.
Pernyataan
tentang arah hubungan: pernyataan deklaratif tentang apakah satu hubungan
adalah positif atau negative (inverse).
c.
Pernyataan
tentang bentuk hubungan: pernyataan deklaratif bahwa satu hubungan adalah
linier atau kurvilinier.
d.
Pernyataan
tentang “time lag”: pernyataan tentang seberapa jauh waktu lalu di
antara variasi dalam variabel independen dan dependen.
e.
Pernyataan
tentang kausalitas: pernyataan yang mengenalkan ada atau tidak penyebab. Jika
tidak ada alasan untuk menyatakan kausalitas, pernyataan tesebut menunjukkan
ada kovariasi yang tidak satu pun dispekulasi atau diketahui tentang penyebab.
1.
Sifat
Hubungan
Hubungan (relationship)
yang anda identifikasi dalam satu penelitian hubungan antar-variabel jatuh
pada dua kategori besar: hubungan kolerasional (correlational relationship) atau
sering disebut kovariasional (covariational) dan hubungan kausal (causal
relationship).
Variasi
Klasifikasi Tipe Hubungan antara Variabel
Dasar Klasifikasi
|
Dasar Klasifikasi
|
Jenis
|
-
Korelasional
-
Kausal-Efektual
|
Arah (direction)
|
-
Positif
(Direct)
-
Negative
(atau Inverse)
|
Bentuk (forms)
|
-
Linier
-
Kurvilinier
|
Jumlah Variabel
|
-
Bivariat
-
Multivariate
|
Kekuatan (magnitude)
|
-
Kuat
vs Lemah
|
2.
Hubungan
Korelasional
Gagasan tentang
hubungan korelasional dinyatakan melalui pengukuran tentang hubungan yang
secara umum menunjukkan pada kovariasi atau asosiasi. Oleh karena itu, hubungan
kolerasional sering dipertukarkan dengan asosiasional atau kovariasional,
bahkan sering disebut sebagai hubungan sejajar atau simetris, concomitant
variation. Hubungan seperti ini menunjukkan bahwa dua variabel berubah
secara bersamaan.
Jadi, hubungan
korelasional atau kovariasional menunjuk pada hubungan yang dipolakan antara
satu variabel independen dan variabel dependen. Kovariasi secara singkat
berarti bahwa dua atau lebih fenomena berubah bersama atau ketika perubahan
dalam satu variabel cenderung disertai oleh perubahan khas dalam variabel lain,
dua variabel dinamakan covary.
Sebagai contoh,
jika satu perubahan dalam tingkat pendidikan disertai oleh satu perubahan dalam
tingkat pendapatan, kita dapat mengatakan bahwa pendidikan covaries dengan
pendapatan, yaitu bahwa individu dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki
pendapatan lebih tinggi daripada individu dengan tingkat pendidikan lebih
rendah. Sebaliknya, jika satu perubahan terjadi dalam tingkat pendidikan tidak
disertai atau diikuti oleh satu perubahan dalam tingkat pendapatan, pendidikan
tidak covary dengan pendapatan.
Korelasional atau
kovariasional menyatakan perubahan dalam satu variabel diikuti perubahan dalam
variabel lainnya, tetapi perubahan pada variabel lain tidak diakibatkan oleh
perubahan pada variabel yang diikutinya meskipun di antara keduanya ada
perubahan.
Pernyataan
hubungan kovariasional tampak seperti dalam contoh berikut: “Ada hubungan
antara prestise dan kekuasaan”. Proporsisi ini menyatakan bahwa seseorang yang
mempunyai sejumlah prestise juga mempunyai sejumlah kekuasaan melebihi yang
lain. Proporsisi ini tidak mengatakan apakah seseorang memperoleh kekuasaan
sebab dia mendapatakan prestise atau seseorang menjadi berkuasa sebagai hasil
dari prestise yang dia miliki.[12]
Model Hubungan
Kovariasional
Prestise
|
Kekuasaan
|
3.
Hubungan
Kausal
Suatu hubungan
disebut kausal (atau hubungan sebab-akibat) apabila dalam proporsisi secara
khusus menyatakan bahwa perubahan dalam satu variabel menyebabkan suatu
perubahan dalam variabel lain dalam suatu arah tertentu. Perubahan nilai dalam
variabel Y disebabkan oleh perubahan nilai dari variabel X atau perubahan nilai
dalam variabel Y merupakan akibat langsung dari perubahan nilai dalam X. Jadi,
dalam satu hubungan kausal (causal relationship), satu variabel secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi yang lain. Beberapa peneliti
menyatakan kausalitas dalam bentuk prediktif: Jika X terjadi, Y mengikuti.
Jadi, kausalitas
menunjukkan implikasi bahwa perubahan dalam variabel independen menyebabkan
terjadinya perubahan dalam variabel dependen sehingga tanpa perubahan dalam
variabel independen tidak akan terjadi perubahan dalam variabel dependen.
Perubahan dalam variabel independen diasumsikan sebagai penyebab perubahan
dalam variabel dependen dan perubahannya dapat kea rah posisitf atau negative.
Oleh Karena itu, proposisi atau pernyataan kausalitas tidak saja memberikan
informasi tentang hubungan atau perubahan yang terjadi secara bersamaan antara
dua atau lebih variabel melainkan juga aktivitas mana sebagai sebab (cause) dan
aktivitas mana sebagai akibat (effect).
Pernyataan tentang
hubungan kausal dapat menunjukkan arah hubungan positif atau negative. Ini
menunjukkan perubahan nilai dalam variabel X menyebabkan perubahan nilai dalam
variabel Y dan perubahan tersebut mungkin positif atau negative. Contoh pernyataan
tentang hubungan kausal positif adalah sebagai berikut: “Peningkatan motivasi
kerja menyebabkan peningkatan kinerja”. Proposisi ini menyatakan bahwa
seseorang yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi mengakibatkan tingkat
kinerja yang bersangkutan akan tinggi. Atau, tingkat kinerja yang meningkat
(tinggi) merupakan akibat dari motivasi kerja yang meningkat (tinggi).
Model Hubungan
Kausal arah Positif
antara Motivasi
Kerja dan Kinerja
Motivasi
Kerja
|
Kinerja
|
Sedangkan, contoh
pernyataan hubungan kausal negative adalah sebagai berikut: “Peningkatan
motivasi kerja menyebabkan penurunan tingkat kemangkiran kerja”. Proposisi ini
menyatakan bahwa seorang pegawai yang memiliki motivasi kerja yang meningkat
akan mengakibatkan tingkat kemangkiran kerjanya menurun. Atau, seorang pegawai
yang memiliki tingkat kemangkiran kerja rendah merupakan akibat dari orang
tersebut memiliki tingkat motivasi kerja tinggi. Jadi, makin tinggi tingkat
kepuasan kerja seseorang mengakibatkan semakin rendah tingkat kemangkirannya
dalam bekerja.[13]
Model Hubungan
Kausal arah Negatif
Antara Motivasi
Kerja dan Tingkat Kemangkiran
Kemangkiran
|
Motivasi
Kerja
|
BAB III
PENUTUP
A.
Latar
Belakang
Sifat dan hakikat teori terletak pada
penjelasan dan prediksinya tentang fenomena-fenomena yang diamati. Proposisi
merupakan satu elemen penting dari teori. Kita dapat mendefinisikan satu
proposisi sebagai salah satu pernyataan tentang hubungan di antara dua atau
lebih konsep atau variabel. Karena itu, satu dimensi penting dari teori (atau
dalam penjelasan dan prediksi) meliputi hubungan antara fenomena atau variabel
yang dijelaskan (variabel dependen) terhadap fenomena atau variabel
eksplanatori lain (variabel independen) berdasarkan hukum-hukum umum atau
teori-teori.
Variabel merupakan fenomena yang
dapat diukur atau diamati karena memiliki nilai atau kategori. Dalam suatu
hubungan antara variabel, ditemukan berbagai jenis variabel. Memahami
jenis-jenis variabel dalam sebauh hubungan antara variabel merupakan keharusan
bagi peneliti dalam penelitian kuantitatif. Variabel dapat dibedakan
berdasarkan dua ciri, yaitu posisi dan urutan waktu dengan pengukurannya.
Berdasarkan waktu atau posisi atau lokasi variabel dalam hubungan antara variabel,
umumnya variabel diklasifikasikan kedalam empat tipe dasar. Empat tipe dasar
variabel tersebut ialah variabel independen (independent variable), variabel
dependen (dependent variable), variabel antara (intervening
variable), variabel kontingensi (contingency variable).
Secara sistematis
membawa perubahan dalam nilai variabel lain disebut variabel dependen. Sebagai
contoh, perubahan tingkat pendidikan membawa perubahan dalam pendapatan. Dalam
satu hubungan antar-variabel selalu ditemukan berbagai tipe hubungan. Ada lima
jenis hubungan yang selalu menjadi perhatian dalam penelitian empiris, yakni
tipe, arah, bentuk hubungan, jumlah variabel, dan besar atau kekuatan hubungan.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi,
Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta,
2013
Kuswana, Dadang,
Metode Penelitian Sosial, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2011
Narbuko, Cholid,
Metodelogi Penelitian: memberikan bekal teoretis pada mahasiswa tentang
metodelogi penelitian serta diharapkan dapat melaksanakan penelitian dengan
langkah-langkah yang benar/Cholid Narbuko, H. Abu Achmadi, Jakarta: Bumi
Aksara, 2009
Silalahi,
Ulber, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009
Singarimbun,
Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 1989
Sugiyono, Metode
Penelitian Kuantitatif, Kaulitatif dan R&D, Bandung: ALFABETA, 2011
Widi,
Restu Kartika, Asas Metodelogi Penelitian (Sebuah Pengenalan dan Penuntun
Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian), Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010
[1]
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta:
LP3ES, 1989), hlm 48
[3]
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama,
2009), hlm 129
[4] Cholid
Narbuko, Metodelogi Penelitian: memberikan bekal teoretis pada mahasiswa
tentang metodelogi penelitian serta diharapkan dapat melaksanakan penelitian
dengan langkah-langkah yang benar/Cholid Narbuko, H. Abu Achmadi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), hlm 119
[6]
Dadang Kuswana, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA,
2011), hlm 156
[7]
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kaulitatif dan R&D, (Bandung:
ALFABETA, 2011), hlm 39
[9] Restu Kartika Widi, Asas Metodelogi Penelitian (Sebuah
Pengenalan dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian), (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010), hlm 168
[10] Cholid Narbuko, Metodelogi Penelitian: memberikan bekal teoretis
pada mahasiswa tentang metodelogi penelitian serta diharapkan dapat
melaksanakan penelitian dengan langkah-langkah yang benar/Cholid Narbuko,
H. Abu Achmadi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm 121
[11]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2013) hlm 159