MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN DAN PKTI
POPULASI DAN SAMPEL
DI
SUSUN OLEH:
KELOMPOK
5
Ahmad Adaby A.R
Sri
wahyuni
Mila
kustianti
Qudsiyah
Saddam
husein
Farisul
haq
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
FAKULTAS
ILMU-ILMU KEISLAMAN
2015
KATA PENGANTAR
Segala
puji hanya bagi Allah SWT . Dia–lah yang telah menganugerahkan Al-Qur’an
sebagai yang hudan li al-nas (petunjuk bagi seluruh manusia) dan rahmat li
al-‘alamin (rahmat bagi segenap alam). Dia-lah yang Maha Mengetahui. Sholawat
dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada reformer kita yakni Nabi
Muhammad SAW. Utusan dan manusia pilihan-Nya. Dia-lah penyampai, pengamal dan
penafsir Al-Qur’an. Tidak lupa
penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah metodolodi
penelitian dan PKTI yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan
makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada
anggota tim kelompok ini yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian
tugas ini.
Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas kelompok metodolodi penelitian dan PKTI. Makalah
ini juga dianjurkan kepada semua mahasiswa untuk di baca sebagai penambah
wawasan dan pengetahuan, sehingga pengetahuan akan ekonomi mikro islam bertambah luas.
Selaku penulis kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan,untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik yang dapat
membangun.
Akhirnya
penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan
pembaca yang budiman pada umumnya.
Tiada
kata yang patut kami ucapkan selain permintaan maaf, apabila ada kesalahan kata
maupun penulisan dalam makalah ini.
Bangkalan,12-10-2015
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga
disebut studi populasi atau studi sensus.
Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua
liku-liku yang ada didalam populasi. Oleh karena subjeknya meliputi semua yang
terdapat di dalam populasi, maka juga di sebut sensus.
Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka
penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud
untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.
Sampel probabilitas ialah suatu sampling dimana pemilihan objek
atau elemen dari populasi yang akan dimasukkan didalam sampel didasarkan atas
nilai probability.
Penggunaan probability sampling ini penting sekali apabila kita
akan membuat analisis statistic yang mendalam, misalnya ingin membuat perkiraan
interval (interval estimate) atau pengajuan hipotesis(testing hipothesis) atas
hasil pennelitian tersebut. Kalau soalnya hanya ingin membuat perkiraan tunggal
(point estimate) misalnya rata-rata, persentase, maka cukup dengan
non-probability sampling
B.
Rumusan
masalah
1.
Apa pengertian
populasi dan sampel?
2.
Apa
yang dimaksud dengan sampel probabilitas dan non probabilitas ?
3.
Bagaimanakah
criteria sampel yang baik itu ?
4.
Bagaimana
pertimbangan ukuran sampel ?
5.
Bagaimakah
ukuran sampel itu?
6.
Bagaimana
tahap pemilihan sampel?
7.
Bagaimana
metode pemilihan sampel?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
dan memahami pengertian populasi dan sampel
2.
Mengetahui
dan memahami sampel probabilitas dan non probabilitas
3.
Mengetahui
dan memahami criteria sampel yang baik
4.
Mengetahui
dan memahami pertimbangan ukuran sampel
5.
Mengetahui
dan memahami ukuran sampel
6.
Mengetahui
dan memahami tahap pemilihan sampel
7.
Mengetahui
dan memahami metode pemilihan sampel
BAB II
PEMBAHASAN
1.
populasi
populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua
elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau
studi sensus.
Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua
liku-liku yang ada didalam populasi. Oleh karena subjeknya meliputi semua yang
terdapat di dalam populasi, maka juga di sebut sensus.
Objek pada populasi diteliti, hasilnya dianalisis, disimpulkan, dan
kesimpulan itu berlaku untuk seluruh populasi. Misalnya ingin mengetahui
kualitas semua televise produksi PT nasional. Setelah diadakan penelitian
kepada semua produk televise maka disimpulkan bahwa semua televise buatan PT Nasional bagus atau tidak bagus.
Tetapi apakah kita dapat meneliti semua televise produk PT Nasional ? tentu
saja tidak, karena setelah penelitian selesai PT Nasional masih memproduksi
televise. Jadi yang diteliti berarti tidak semua.
Penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga
dan subjeknya tidak terlalu banyak.
Produksi televise PT Nasional tergolong populasi tidak terhingga.
Jika peneliti memang ingin mengadakan penelitian populasi maka harus mengadakan
pembatasan dulu, misalnya produksi televise PT Nasional tahun 1980. Dalam hal
ini peneliti harus memeriksa kualitas televise yang diproduksi PT Nasional
selama satu thaun, lalu disimpulkan sebagai bagaimanakah kualitasnya produksi
tahun tersebut.
2.
Sampel
Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari
populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. [1]
Sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel
apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.
Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat
kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Apabila contoh
penelitian terhadap televise produksi PT
nasional tahun 1980 tersebut di pandang sebagai sampel, maka peneliti tidak
hanya menyimpulkan:
“ produksi televise PT nasional tahun 1980 baik,” tetapi
disimpulkan: “produksi televise PT Nasional, baik”. Dalam hal ini yang
dikatakan baik bukan hanya produksi tahun 1980, tetapi semuanya, walaupun yang
diselidiki hanya produksi satu tahun. Dapatkah peneliti melakukan hal yang
demikian? Untuk memperoleh jawabannya, silakan ikuti uraian berikut.
Bilamanakah kita boleh mengadakan penelitian sampel? Penelitian
sampel baru boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi
benar-benar homogen. Apabila subjek populasi tidak homogen, maka kesimpulannya
tidak boleh diberlakukan bagi seluruh populasi( hasilnya tidak boleh
digeneralisasikan). Misalnya kita akan melihat apakah air teh digelas sudah
manis?
Airteh seluruh gelas merupakan populasi. Kita ambil sampelnya
dengan mengambil satu ujung sendok dan kita cicipi. Jika kita rasakan manis,
maka kesimpulan tersebut digeneralisasikan untuk air teh seluruh gelas.
Kesimpulan bagi sampel, berlaku untuk populasi.
Dengan contoh lain misalnya, kita ingin mengetahui apakah siswa SMA
V pandai-pandai. Kita panggil seorang siswa putra yang kebetulan dapat kita
jumpai. Setelah dites mengenai berbagai pelajaran, ternyata hasilnya sangat
memuaskan. Apakah dengan hasil tersebut kita boleh menggeneralisasikan bagi
seluruh siswa SMA V? tentu saja tidak!
Dalam contoh tersebut misalnya saja siswa yang kebetulan berhasil
kita hubungi tersebut adalah juara sekolah, maka tentu saja dia tidak
mencerminkan keadaan populasi. Nah, lalu untuk apakah mengetahui keadaan
populasi ini, peneliti harus melakukan penelitian populasi? Juga tidak! Kita
boleh mengadakan penelitian sampel.[2]
Apa sebab kita melakukan penelitian sampel? Apakah penelitian
populasi selalu lebih baik hasilnya dibandingkan dengan penelitian sampel? Ada
beberapa keuntungan jika kita menggunakan sampel yaitu:
a)
Karena
subjek pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi, maka
kerepotannya tentu kurang.
b)
Apabila
populasinya terlalu besar, maka dikhawatirkan ada yang terlewati.
c)
Dengan
penelitian sampel, maka akan lebih efisien( dalam arti uang, waktu dan tenaga)
d)
Ada
kalanya dengan penelitian populasi berarti deskruktif(merusak). Bayangkan kalau
kita harus meneliti keampuhan senjata yang dihasilkan oleh pabrik, misalnya
granat. Maka sambil meneliti, kita juga menghabiskannya.
e)
Ada
bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data. Karena subjeknya banyak, petugas
pengumpul adat menjadi lelah, sehingga pencatatannya bisa menjadi tidak teliti.[3]
f)
Ada
kalanya memang tidak dimungkinkan melakukan penelitian populasi. Misalnya kalau
kita ingin mengetahui pendapat pemuda usia 15 tahun tentang PMDK. Oleh karena
wilayah Indonesia yang begitu luas tidak mungkin dengantepat diketahui pendapat
mereka pada usia tepat 15 tahun.
3.
Sampel
probabilitas dan non probabilitas
a.
Sampel
probabilitas ialah suatu sampling dimana pemilihan objek atau elemen dari
populasi yang akan dimasukkan didalam sampel didasarkan atas nilai probability.
Penggunaan probability sampling ini penting sekali apabila kita akan membuat
analisis statistic yang mendalam, misalnya ingin membuat perkiraan interval
(interval estimate) atau pengajuan hipotesis(testing hipothesis) atas hasil
pennelitian tersebut. Kalau soalnya hanya ingin membuat perkiraan tunggal
(point estimate) misalnya rata-rata, persentase, maka cukup dengan
non-probability sampling.[4]
Beberapa contoh probability sampling
1)
Simple
random sampling( sampel acak sederhana)
Pemilihan
sampel acak sederhana adalah proses pemilihan sampel dalam cara tertentu yang
didalamnya semua elemen dalam populasi yang didefinisikan mempunyai kesempatan
yang sama,bebas, dan seimbang dipilih menjadi sampel. Ini berarti sampel acak
sederhana adalah sejumlah elemen sampel yang secara random dipilih dari
elemen-elemen populasi yang didaftar.
PSAS
merupakan cara terbaik memperoleh sampel yang representative karena
probablilitas dalam teknik ini sangat tinggi dibandingkan dengan yang lain.
Rancangan
PSAS efektif digunakan jika populasi relative bersifat homogen, tersedia
kerangka sampling atau kerangka populasi,
populasi
tidak tidak tersebar dan biasanya secara geografis, populasi relative tidak
besar, sifat generalisasi dari temuan untuk populasi adalah tujuan dari
penelitian, atau tidak ada lagi teknik sampling lain yang dianggap efektif.
2)
Pemilihan
sampel sistematis
Pemilihan
sampel sistematis merupakan teknik pemilihan sampel dari populasi ynag
dilakukan secara acak hanya untuk sampel yang pertama dari sejumlah sampel,
sedangkan untuk unsure-unsur sampel berikutnya dipilih secara sistematis. Artinya,
sari kerangka penarikan sampel dapat dipilih sampel pada interval pasti dari
daftar. Maksudnya, pemilihan dilakukan dengan mengikuti[5]
suatu pola tertentu atau secara sistemik yang dengan menambahkan nomor urut
sampel yang pertama yang dipilih secara acak dengan satu bilangan penambah yang
dinamakan selang pemilihan sampel(sampling interval) yang disimbolkan unsure
yang ke “K”.
bilangan
K dapat dihitung dengan membagi jumlah populasi (N) dengan jumlah sampel yang
diinginkan (n) atau K=N:n. jadi, PSS menggunakan sampling interval. Oleh sebab itu, PSS
didefinisikan juga sebagai pemilihan sampel
yang didalamnya individu dipilih dari satu daftar dengan mengambil tiap
nama yang ke K. PSS efektif digunakan sebagai pemilihan sampel jika populasi
relative besar, daftar dari elemen secara baik sekali tersedia, populasi
memiliki pola beraturan , dan populasi bersifat homogeny. Semmentara itu, ada
yang berpendapat bahwa PSS adalh tidak acak karena ynag diambil secara acak
hanyalah unsure yang pertama, sedangkan
unsure-unsur berikutnya ditentukan secar sistematis dengan batas
interval yang sudah ditentukan dan yang disebut K.
3)
Pemilihan
sampel distratifikasi
Pemilihan
sampel distratifikasi adalah proses pemilihan satu sampel dari sub-kelompok
(strata) yang diidentifikasi dalam populasi yang diwakili dalam sampel dalam
proporsi yang sama dengan yang ada dalam populasi. Dengan metode pemilihan
sampel ini, akan diperoleh sampel acak distratifikasi yang mempunyai
karakteristik spesifik dengan proporsi yang tepat sama dengan penyebaran
karakteristik dalam populasi.
Pemilihan
sampel distratifikasi dapat digunakan jika cirri atau sifat populasi beragam
atau heterogen dalam suatu strata. Makin heterogen suatu populasi, semakin
besar pula perbedaan sifat tiap unit elementer dari populasi sehingga mmerlukan
pengelompokan tiap unit elemen yang memiliki sifat yang relative sama dalam
stratum tertentu. Penggunaan metode pemilihan sampel yang menghasilkan sampel
yang mengandung akurasi,presisi, dan efisien antara lain sangat ditentukan oleh
tingkat keragaman atau heterogenitas maupun keseragaman atau homogenitas cirri
atau sifat anggota populasi yang darinya sampel akan dipilih.
Oleh
sebab itu sampel distratifikasi digunakan apabila peneliti berpendapat bahwa
ada perbedaan cirri atau karakteristik antara strata-strata yang ada, sedangkan
perbedaan tersebut memengaruhi variable, atau ada factor atau variable yang
membedakan persepsi,sikap atau perilaku anggota populasi tentang hal yang
diselidiki(seperti usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan). Alasan lain untuk
menggunakan pemilihan sampel berlapis mungkin juga bahwa dalam praktik.[6]
Kerangka
pemilihan sampel (Sampling frame) sudah dibagi dalam beberapa sub kerangka
terpisah. Misalnya, daftar pegawai menurut golongan yang tiap golongan merupakan
suatu stratum atau lapisan.
4)
Pemilihan
sampel kluster
Pemilihan
sampel kluster adalah pemilihan sampel yang didalamnya suatu kelompok, bukan
individu, secara acak dipilih. Oleh Karen aitu, satu sampel kluster adalah satu
sampel acak sederhana dari kelompok atau kluster dari elemen-elemen . pemilihan
sampel kluster ini dapat dilakukan secara bertahap (multistage) dimulai dari
kelompok besar hinggan kelompok keccil yang merupakan bagian sub-kelompok besar
yang terpilih atau langsung memilih kelompok kecil atau sub-kelompok sesuai
dengan sifat populasinya.[7]
b.
Sampel
non probabilitas
Dalam
pemilihan sampel non probabilitas, elemen dalam populasi tidak memiliki peluang
yang sama untuk dipilih menjadi subjek dalam sampel. Sampel non probabilitas
dipilih secara arbiter oleh penenliti sehingga probabilitas masing-masing
anggota populasi untukdipilih menjadi sampel tidak diketahui.demikian juga
representasi sampel tidak dipersoalkan. Oleh sebab itu, pemilihan sampel non
probabilitas lebih mengalami bias dibandingkan dnegan metode pemilihan sampel
probabilitas. Oleh karena itu, umumnya peneliti menggunakan sampel non
probabilitas karena tidak ada upaya untuk melakukan generalisasi berdasarkan
sampel sebab temuan dari penelitian atas sampel tak probabilitas tidak dapat
secara yakin digeneralisasi untuk populasi. Kalaupun dilakukan generalisasi
hanya berlaku untuk sampel yang dipilh saja.
Baisanya,
metode pemilihan sampel tak acak diguankan untuk alasan waktu, baiya, manfaat
dan sering digunakan untuk sekedar menguji reabiliatas alat pengukur tertentu
atau untuk penelitian eksploratif untuk mendapatkan keterangan yang lebih
banyak tentang populasi. Tergolong dalam teknik pemilihan sampel non
probabilitas adalah penarikan sampel aksidental(accidental sampling), pemilihan
sampel kuota(quota sampling), pemilihan sampel bertujuan(purposive sampling),
dan pemilihan sampel bola salju.
a.
Accidental
sampling
Merupakan
pemilihan sampel dari siapa saja yang kebetulan ada atau dijumpai menurut
keinginan peneliti. Orang yang dipilih sebagai anggota atau bagian dari sampel
adalah siapa saja mereka yang kebetulan ditemukan atau mereka yang mudah
ditemui atau dijangkau tanpa ada pertimbangan apapun.[8]
b.
Purposive
sampling
Merupakan
pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan. Karena itu, menentukan subjek atau orang-orang terpilih harus
sesuai dengan cirri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel itu. Mereka dipilih karena dipercaya mewakili
satu populasi tertentu. Piliha atas sampel purposive karena pneliti menguji
pertimbangan-pertimbangannya untuk memasukkan unsure atau subjek yang dianggap
khusus dari suatu populasi tempat dia mencari informasi.
c.
Quota
sampling
Sampel
kuota atau berdasarkan jumlah merupakan pemilihan sampel dengan memilih
sejumlah tertentu (kuota) unsure populasi menjadi anggota sampel dan paling
mudah diperoleh seperti dikehendaki oleh peneliti.
Unsure
yang dipilih tersebut memiliki karakteristik yang sesuai dengan keinginan
peneliti dan peneliti telah menentukan target kuota yang dikehendaki.
d.
Snowball
sampling
Prosedur
pemilihan bola salju dilakukan secara bertahap. Pertama-tama, diidentifikasi
orang yang dianggap dapat memberi informasi untuk diwawancara. Kemudian, orang
ini dijadikan sebagai informan untuk mengidentifikasi orang lain sebagai sampel
yang dapat member informasi dan orang ini juga di jadikan sebagai informan
untuk mengidentifikasi orang lain sebagai sampel yang dianggap dapat member informasi.[9]
4.
Criteria
sampel yang baik
Karakteristik utama dari satu sample yang
baik adalah derajat sejauh mana sample terpilih mewakili populasi. Maka dari
itu tujuan dari pemilihan sample adalah untuk mendapat informasi tentang satu
populasi. Maka peneliti harus mengidentifikasi dan mendefinisikan secara tepat
populasi yang darinya sample dipilih. Peneliti juga harus memilih satu sample
dari populasi yang fidefinisikan berdasarkan teknik-teknik yang tepat yang
memastikan sample adalah reperesentasi dari populasi. Kemudian, menentukan
ukuran sample yang tepat untuk mendapatkan akurasi.[10]
5.
Pertimbangan
penentuan ukuran sampel
Dalam mempertimbangkan penentuan ukuran sample maka peneliti perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut
Ø Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
Ø Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal
ini menyangkut banyak sedikitnya data.
Ø Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Untuk penelitian
yang resikonya besar, tentu saja jika sample besar, hasilnya akan lebih baik.[11]
6.
ukuran
sampel
Satu sampel adalah tiap subset unit pemilihan sampel dari satu
populasi. Umumnya, sampel yang lebih besar
lebih baik sebab sampel besar cenderung memiliki sedikit kekeliruan
(less error). Ini berarti makin kecil kekeliruan yang dikehendaki, semakin
besar ukuran sampel yang diperlukan. Akan tetapi, sampel sedikit bukan berarti tidak baik asalkan sampel tersebut
dipilih dengan menggunakan metode penarikan sampel yang tepat maka jumlah
tersebut dianggap memadai atau mencukupi. Memang lebih kecil sampel lebih
rendah ketepatannya, apalagi jika sampel tersebut dipilih dengan cara yang
tidak tepat. Juga tidak berarti mengatakan bahwa satu sampel besar adalah cukup
menjamin akurasi dari hasil. Sebab, meskipun suatu peningkatan dalam ukuran
sampel meningkatkan akurasi, itu tidak akan mengurangi atau memperkecil setiap
bias dalam pemilihan prosedur. [12]
Sampel dapat digunakan
untuk menaksir populasi bilamana sampel ditentukan secara tepat sehingga sampel
merupakan representasi dari populasi, ukuran sampel yang diambil harus
representative, dan menaksir nilai populasi dalam suatu sampel dilakukan secara
tepat, dan ini bukan pekerjaan yang mudah. Di samping ukuran, kata kunci dalam
hubungan antara sampel dan populasi adalah keterwakilan (representativeness).
Kita tidak dapat membuat suatu generalisasi yang sahih tentang populasi yang
darinya sampel ditarik , kecuali kalau sampel adalah representative. Jadi,
ukuran sampel adalah penting, tetapi ukuran adalah kurang penting dari pada
keterwakilan. Keterwakilan sampel atas populasi ditentukan oleh penggunaan
teknik pemilihan sampel yang tepat.
Secara simultan, dua hal
penting untuk menentukan sampel ialah ukuran dan keterwakilan. Bagi Nachmias
dan Nachmias, ukuran sampel secara tepat diestimasi melalui keputusan tingkat
akurasi apa yang dikehendaki dan, karenanya, seberapa besar kesalahan(sampling
error) yang dapat diterima. Bagi Stephan
dan McCarthy, jawaba terbauik adalah “tergantung”(it all depends). Itu
tergantung pada jenis atau macam rencana analisis data, pada bagaimana akurat
sampel sesuai untuk maksud peneliti, dan pada cirri-ciri populasi apakah
homogeny atau heterogen, derajat kepercayaan, dan juga sumber daya dan waktu.
Bryman mengatakan bahwa ukuran sampel
ditentukan oleh sampling error, waktu dan biaya, non response, heterogenitas
dari populasi,dan jenis analisis.
Dalam hal sampling error, harus ditentukan besaran yang dapat
ditoleransi. Peningkatan ukuran sampel meningkatkan presisi dari satu sampel.
Ini berarti bahwa ukuran sampel meningkat , kesalahan pemilihan sampel
menurun.waktu dan biaya juga sangat relevan. Ukuran sampel besar presisi lebih
besar karena jumlah sampling error berkurang. [13]
Akan tetapi, karena biaya dan waktu, jumlah sampel kecil dapat
diteliti asal dipenuhi keterwakilan sampel. Tingkat non response juga
menentukan ukuran sampel.
Oleh karena itu, ketika menentukan ukuran sampel juga harus
memperhitungkan non response karena non response tidak dapat dimasukkan dalam
analisis data. Heterogenitas juga menjadi pertimbangan . makin tinggi
heterogenitas dari satu populasi, semakin besar sampel yang akan dibutuhkan.
Akhirnya, jenis analisis juga menentukan ukuran sampel. Menggunakan table
kontingensi yang memperlihatkan hubungan antara dua variable dalam bentuk
table, misalnya, memerlukan ukuran sampel lebih besar dibandingkan dengan
analisis univariat.
Singkatnya, keputusan
peneliti tentang ukuran sampel terbaik bergantung pada factor-faktor
metodologis (derajat akurasi yang diperlukan, derajat variabilitas atau
diversitas dalam populasi, dan jumlah variable-variabel yang berbeda yang
dijelaskan secara simultan dalam analisis data); dan batasan-batasan
praktis(seperti biaya dan waktu yang tersedia ). Sperti anda telah ketahui,
ukuran sampel besar bukan jaminan satu sampel representative. Satu sampel besar
tanpa pemilihan sampel acak atau dengan satu kerangka pemilihan sampel yang
jelek adalah kurang representative dari pada satu sampel lebih kecil dengan
pemilihan sampel acak dan kerangka pemilihan sampel yang sangat bagus.
Menentukan ukuran sampel
dapat dilakukan dalam dua cara. Cara pertama adalah berdasarkan aturan kebiasaan
satu cara konvensional atau secara umum menerima jumlah tertentu satu metode
yang lebih sering digunakan. Peneliti menggunakan cara ini sebab mereka kurang
memiliki informasi yang diperlukan berdasarkan metode statistic. Karena itu,
metode ini lebih didasarkan pada pengalaman lampau dengan sampel yang telah
memenuhi syarat metode statistic. Untuk menerapkan cara ini, anda perlu
memerhatikan satu prinsip ukuran sampel yaitu makin kecil populasi, rasio
pemilihan sampel makin besar menghasilkan satu sampel akurat. Makin besar
populasi membolehkan rasio pemilihan sampel lebih kecil untuk sampel yang sama
baiknya. Untuk itu, umumnya peneliti memilih satu dari beberapa pilihan
berikut:
1.
Jumlah
sampel sekitar 30 kasus atau subjek yang dengannya analisis statistic dapat
dilakukan.
2.
Menurut
persentasi yang layak dijangkau. Untuk populais kecil(dibawah 1.000), peneliti
membutuhkan rasio pemilihan sampel besar (kira-kira 30%). Sebagai contoh,
ukuran sampel sekitas 300 diperlukan untuk derajat akurasi yang tinggi. Untuk
ukuran populasi menengah (sekitar
10.000), rasio pemilihan sampel lebih kecil(sekitar 10%) dibutuhkan untuk
sama-sama akurat atau ukuran sampel sekitar 1.000 .
untuk
populasi besar( melebihi 150.000), rasio pemilihan sampel lebih kecil (1
persen) adalah mungkin.
3.
Untuk
penelitian deskriptif, sampel 10% dari populasi dianggap sebagai jumlah paling
minimal. Untuk penelitian korelasional atau kausal, paling sedikit 30 sampel.
Untuk studi eksperimental dengan control eksperimental yang ketat, mungkin
valid sebanyak 15 subjek per kelompok. Pendapat ini cenderung digunakan untuk
populasi ukuran besar dan tidak dapat digunakan untuk populasi ukuran kecil.
Cara
kedua adalah membuat asumsi-asumsi tentang populasi dan menggunakan persmaan
statistic tentang proses pemilihan sampel acak. Peneliti harus membuat asumsi
tentang derajat konfidensi(atau jumlah eror) yang dapat diterima dan derajat
variasi dalam populasi. Khusus untuk pemilihan sampel acak mengikuti
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a.
Menentukan
jumlah sampel dengan menggunakan “daftar table”
b.
Menentukan
jumlah sampel dengan menggunakan persamaan statistic.
7.
Tahap
pemilihan sampel
Pemilihan
sampel atau penarikan sampel dapat diartikan sebagai proses memilih sejumlah
unit atau elemen atau subjek dari dan yang mewakili populasi untuk dipelajari
yang dengannya dapat dibuat generalisasi atau inferensi tentang karakteristik
dari satu populasi yang diwakili.
Memilih
sampel secara tepat merupakan tahap sangat penting dalam mengadakan satu
penenlitian sebab kualitas sampel menentukan tingkat generalisasi tentang
populasi. Karena itu, karakteristik utama dari satu sampel yang baik adalah
derajat sejauh mana sampel merupakan representasi dari populasi dari mana
sampel dipilih.
Tahap
pemilihan sampel yaitu:
a)
Menentukan
populasi : menentukan apa yang menjadi elemen populasi (individu, organisasi,
produk).
b)
Penentuan
unit pemilihan sampel : menentukan kelompok-kelompok elemen berdasarkan desain
yang digunakan.
c)
Penentuan
kerangka pemilihan sampel : menentukan daftar elemen dari setiap unit pemilihan
sample.[14]
d)
Menentukan
desain sample : menentukan teknik sampling yang digunakan (probability atau non
probability sampling).
Metode
pemilihan sampel probabilitas digunakan bila keterwakilan sampel adalah penting
untuk maksud generalisasi yang lebih luas, sedangkan pemilihan sampel tak
probabilitas adalah secara umum digunakan jika waktu, biaya dan factor-faktor
lain lebih penting dari pada generalisasi.
e)
Menentukan
jumlah sample :menentukan jumlah atau besarnya sampel yang digunakan dalam
penelitian.
f)
Pemilihan
sampel : mementukan elemen yang akan menjadi sampel penelitian yang dilakukan
8.
Metode
pengambilan sampel
Telah
dijelaskan bahwa teknik sampling, ada dua yaitu probability dan non probability
sampling. Probability sampling adalah teknik sampling yang memberi peluang sama
kepada anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sample. Cara tersebut
disebut dengan random sampling atau cara pengambilan sample secara acak.
Pengambilan
sample dalam penelitian kualitatif dilakukan secara acak random dapat
dilakukan dengan bilangan komputer, undian, random. Bila pengambilan dilakukan
dengan undian maka setiap anggota populasi diberi namor terlebih dahulu.
Karena teknik
pengambilan sample adalah random maka setiap anggota populasi mempunyai peluang
yang sama untuk dipilih menjadi anggota sample. Contoh diatas peluang setiap
anggota populasi = 1/1000 dengan demikian cara pengambilannya jika
nomor satu sudah diambil, maka perlu dikembalikan lagi, kalau tidak
dikembalikan lagi peluangnya menjadi tidak sama lagi.[15]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Sampel probabilitas ialah suatu sampling dimana
pemilihan objek atau elemen dari populasi yang akan dimasukkan didalam sampel
didasarkan atas nilai probability.
metode
pemilihan sampel non probabilitas digunakan untuk alasan waktu, baiya, manfaat
dan sering digunakan untuk sekedar menguji reabiliatas alat pengukur tertentu
atau untuk penelitian eksploratif untuk mendapatkan keterangan yang lebih
banyak tentang populasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto suharsini , prosedur
penelitian suatu pendekatan praktik, jakarta:rineka cipta , 2010
J.
supranto,
metode riset aplikasinya dalam pemasaran, fakultas ekonomi UI, 1998
silalahi ulber, metode penelitian
social, bandung:refika aditama ,2010
Ari kunto suharsimi, Prosedur
Penelitian,Jakarta:rineka cipta, 2006
Moh
nazir, metode penelitian bogor:
ghalia Indonesia, 2005
Sugiono, Metode Penelitian dan
Pengembangan, Bandung:alfa beta.2015
Moleong lexy J, metodologi penelitian kualitatif,bandung:remaja
rosdakarya, 2007
[1] Suharsini arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktik,
(rineka cipta:Jakarta)173-174
[2] Ibid 175
[3] Ibid 176
[4] J. supranto, metode riset aplikasinya dalam pemasaran, (fakultas
ekonomi UI)hal 49
[5] Ulber silalahi, metode
penelitian social, (refika aditama:bandung)259-264
[6] Ibid,265
[7] Ibid 269-272
[9] Ibid273
[10] Lexy j moleong metodologi penelitian kualitatif,(remaja
rosdakarya:bandung)223
[11] Ari kunto suharsimi, Prosedur Penelitian,(Rineka
cipta:jakarta),hal 177
[12] Ulber silalahi , hal 274
[14] Moh nazir, metode penelitian (ghalia Indonesia: bogor)hal 271
[15] Sugiono, Metode Penelitian dan Pengembangan,
Alfabeta(Bandung:2015),hal 155
untuk judul lain bisa di klik di ARSIP BLOG ya Adik-adik :D hehehe
BalasHapusthanks berat udah pada berkunjung kesini :)