MY MUSIC

Senin, 06 Juni 2016

VARIABEL


MAKALAH
METODOLOGI PENELITIAN




BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Setelah mengemukakan beberapa proposisi berdasarkan konsep dan teori tertentu, peneliti perlu menentukan variabel-variabel penelitian selanjutnya merumuskan hipotesa berdasarkan hubungan antar variabel. Disamping berfungsi sebagai pembeda, variabel-variabel juga berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Fenomena social dapat dijelaskan dan diramalkan apabila hubungan antar variabel tertentu telah diketahui.[1]
Oleh karena itu, penelitian sering diidentikkan dengan keharusan adanya variabel, meskipun terdapat penelitian yang tidak mengharuskan adanya variabel, tetapi menetapkan konsep tertentu, sebagaimana telah dijelaskan dalam metode penelitian kualitatif.[2]
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Hakikat Hubungan Antara Variabel?
2.      Bagaimana Tipe-tipe Variabel?
3.      Bagaimana Jenis-jenis Hubungan Antara Variabel?
C.    Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Hakikat Hubungan Antara Variabel.
2.      Untuk Mengetahui Tipe-tipe Variabel.
3.      Untuk Mengetahui Jenis-jenis Hubungan Antara Variabel.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Hubungan Antara Variabel
Sifat dan hakikat teori terletak pada penjelasan dan prediksinya tentang fenomena-fenomena yang diamati. Proposisi merupakan satu elemen penting dari teori. Kita dapat mendefinisikan satu proposisi sebagai salah satu pernyataan tentang hubungan di antara dua atau lebih konsep atau variabel. Karena itu, satu dimensi penting dari teori (atau dalam penjelasan dan prediksi) meliputi hubungan antara fenomena atau variabel yang dijelaskan (variabel dependen) terhadap fenomena atau variabel eksplanatori lain (variabel independen) berdasarkan hukum-hukum umum atau teori-teori.
Apa yang dimaksud dengan satu “hubungan” (relations) dalam penelitian social? Satu hubungan dalam penelitian selalu berarti satu hubungan antara dua atau lebih gejala-gejala. Oleh karena gejala direpresentasi oleh variabel, hubungan dalam penelitian berarti satu hubungan antara dua atau lebih variabel. Kata hubungan kadang-kadang dipertukarkan antara asosiasi (association) dan korelasi (correlation). Korelasi memiliki pengertian teknis khusus, sedangkan asosiasi adalah satu ide yang lebih umum. Satu koefisien korelasi adalah satu ukuran statistic yang mengindikasikan jumlah asosiasi, tetapi ada banyak cara untuk mengukur asosiasi. Satu hubungan adalah tiap aspek atau kualitas yang dapat menghubungkan atau mengaitkan dua atau lebih kegiatan atau gejala atau konsep atau variabel. Hubungan itu ada bilamana perubahan variasi dalam satu konsep atau variabel cenderung secara sistematik disertai oleh perubahan variasi dalam konsep atau variabel lain.
Jadi, hubungan antara variabel merupakan suatu perubahan berpola timbal balik antara dua variabel atau lebih. Karena itu, bagi Walizer dan Weiner, tidak ada hubugan antara variabel jika tidak ada perubahan berpola dan tidak ada hubungan antara variabel kecuali perubahan itu bersifat timbal balik dan dalam cara yang terpola. Jadi, jika dikatakan bahwa variabel X dan variabel Y berhubungan, secara sederhana hal itu dapat diartikan bahwa kedua variabel (X dan Y) berubah secara bersamaan. Artinya, perubahan nilai dalam variabel X disertai dengan perubahan nilai dalam variabel Y.[3]
Tipologi Pola Hubungan Antara Variabel
Perubahan X
Perubahan Y
Ada/tidak
Hubungan
Meningkat
Meningkat
Ada
Menurun
Menurun
Ada
Meningkat
Menurun
Ada
Menurun
Meningkat
Ada
Meningkat secara berpola
Meningkat dan menurun secara berpola
Ada
Menurun secara berpola
Menurun dan meningkat secara berpola
Ada
Meningkat atau menurun tidak berpola
Meningkat atau menurun secara berpola atau tidak berpola
Tidak
Meningkat atau menurun secara berpola atau tidak berpola
Meningkat atau menurun tidak berpola
Tidak
Tidak berubah
Tidak berubah
Tidak

B.     Tipe-tipe Variabel
Variabel merupakan fenomena yang dapat diukur atau diamati karena memiliki nilai atau kategori. Dalam suatu hubungan antara variabel, ditemukan berbagai jenis variabel. Memahami jenis-jenis variabel dalam sebauh hubungan antara variabel merupakan keharusan bagi peneliti dalam penelitian kuantitatif. Variabel dapat dibedakan berdasarkan dua ciri, yaitu posisi dan urutan waktu dengan pengukurannya. Berdasarkan waktu atau posisi atau lokasi variabel dalam hubungan antara variabel, umumnya variabel diklasifikasikan kedalam empat tipe dasar. Empat tipe dasar variabel tersebut ialah variabel independen (independent variable), variabel dependen (dependent variable), variabel antara (intervening variable), variabel kontingensi (contingency variable).
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka jenis-jenis variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:
1.      Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Karena fungsi variabel ini sering disebut variabel pengaruh, sebab berfungsi mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh terhadap variabel lain.[4]
2.      Variabel Dependen
Sering disebut sebagai variabel output, criteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain, karena juga sering disebut variabel yang dipengaruhi atau variabel terpengaruhi.

Komitmen Kerja
(Variabel Independen)
Produktivitas Kerja
(Variabel Dependen)
 



Contoh Hubungan Variabel Independen-Dependen
3.      Variabel Moderator
Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel independen kedua. Misalnya, hubungan perilaku suami dan isteri akan semakin baik (kuat) kalau mempunyai anak, dan akan semakin renggang kalau ada pihak ke tiga ikut mencampuri. Di sini anak adalah sebagai variabel moderator yang memperkuat hubungan, dan pihak ketiga adalah sebagai variabel moderator yang memperlemah hubungan.
Hubungan motivasi dan produktivitas kerja akan semakin kuat apabila peranan pemimpin dalam menciptakan iklim kerja sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila pemimpin kurang baik dalam menciptakan iklim kerja.[5]
Perilaku suami
(Variabel Independen)
Jumlah Anak
(Variabel Moderator)
Perilaku Isteri
(Variabel Dependen)
 






Contoh Hubungan Variabel Independen, Moderator, dan Dependen.


Motivasi Kerja
(Variabel Independen)

Kepemimpinan
(Variabel Moderator)
Produktivitas Kerja
(Variabel Dependen)

 






Contoh 2: Hubungan Variabel Independen, Moderator dan Dependen.
4.      Variabel Intervening
Variabel Intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.[6]
Pada contoh berikut dikemukakan bahwa tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap harapan hidup (panjang pendeknya umur). Dalam hal ini ada variabel antaranya, yaitu yang berupa gaya hidup seseorang. Antara variabel penghasilan dengan gaya hidup terdapat variabel moderator, yaitu budaya lingkungan tempat tinggal.





Harapan Hidup
(Variabel Dependen)
Penghasilan
(Variabel Independen)

Gaya Hidup
(Variabel Intervening)
 


Budaya Lingkungan Tempat Tinggal
(Variabel Moderator)
 



Contoh hubungan variabel independen, moderator-intervening, dependen.
5.      Variabel Kontrol
            Variabel control adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti. Variabel control sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
            Contoh: Pengaruh jenis pendidikan terhadap keterampilan dan mengetik. Variabel independennya pendidikan (SMU dan SMK), variabel control yang ditetapkan sama. Misalnya, naskah yang diketik sama, mesin tik yang digunakan sama, dan ruang tempat mengetik sama. Dengan adanya variabel control tersebut, maka besarnya pengaruh jenis pendidikan terhadap keterampilan mengetik dapat diketahui lebih pasti.
Pendidikan SMA & SMK
(Variabel Independen)
Ketrampilan Mengetik
(Variabel Dependen)
Naskah, tempat, mesin tik sama
(Variabel Kontrol)
 






Contoh hubungan variabel independen-kontrol, dependen.
            Untuk dapat menentukan kedudukan variabel independen, dependen, moderator, intervening atau variabel yang lain, harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari pengamatan yang empiris. Untuk itu sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan kajian teoritis, dan melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada obyek yang akan diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan dibelakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di obyek penelitian.
            Sering terjadi, rumusan masalah penelitian dibuat tanpa melalui studi pendahuluan ke obyek penelitian, sehingga setelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak menjadi masalah pada obyek penelitian. Setelah masalah dapat dipahami dengan jelas dan dikaji secara teoritis, maka peneliti dapat menentukan variabel-variabel penelitiannya.[7]
            Selain variael diklasifikasikan kedalam empat tipe dasar, terdapat dua perbedaan antara variabel kuantitatif dan kualitatif. Variabel kuantitatif diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu variabel diskrit (discrete) dan variabel kontinum (continous).[8]
            Variabel Diskrit diukur menggunakan ukuran skala angka atau urutan, sedangkan variabel Kontinum diukur menggunkan ukuran skala interval rasio.[9]
1.      Variabel diskrit
            Variabel diskrit disebut juga variabel nominal atau kategorik karena hanya dapat dikategorikan atas dua kutub berlawanan yakni “ya” dan “tidak”. Misalnya ya wanita, atau dengan kata lain: “wanita-pria”, “hadir-tidak hadir”, “atas-bawah”. Angka-angka digunakan dalam variabel diskrit ini untuk menghitung, yaitu banyaknya pria, banyaknya yang hadir dan sebagainya. Maka angka dinyatakan sebagai frekuensi.
2.      Variabel kontinum
            Dipisahkan menjadi tiga variabel kecil, tetapi diliteratur lain terdapat empat variabel kecil yaitu:
a)      Variabel Nominal
            Yaitu variabel yang bersifat deskrit dan saling pisah antara kategori satu dengan yang lain. Misalnya: jenis kelamin, jenis pekerjaa, status perkawinan dan sebagainya.[10]
b)      Variabel Ordinal
            Yaitu variabel yang menunjukkan tingkatan-tingkatan secara berurutan. Misalnya: panjang, kurang panjang, pendek. Untuk sebutan lain adalah variabel “lebih kurang” karena yang satu mempunya kelebihan dibanding yang lain.
            Contoh: Ani terpandai, Siti pandai, Nono tidak pandai.
c)      Variabel Interval
            Yaitu variabel yang mempunyai jarak, jika dibanding dengan variabel lain, sedang jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti. Misalnya: “Suhu udara diluar 31o C. Suhu tubuh kita 37o C. Maka selisih suhu adalah 6o C”. “Jarak Semarang-Magelang 70 km, sedangkan Magelang-Yogya 101 km. Maka selisih jarak Magelang-Yogya, yaitu 31 km.
            Dibandingkan dengan variabel ordinal, jarak dalam variabel ordinal tidak jelas. Jarak kepandaian antara Ani dan Siti tidak dapat diukur.

d)     Variabel Rasio
            Yaitu variabel perbandingan, variabel ini dalam hubungan antar sesamanya merupakan “sekian kali”.
            Contoh: Berat Pak Karto 70 kg, sedangkan anaknya 35 kg. Maka Pak Karto beratnya dua kali berat anaknya.[11]
C.    Jenis-jenis Hubungan Antara Variabel
            Kita mengatakan bahwa ada hubungan antara dua atau lebih variabel bila perubahan dalam nilai dari suatu variabel disebut variabel independen. Secara sistematis membawa perubahan dalam nilai variabel lain disebut variabel dependen. Sebagai contoh, perubahan tingkat pendidikan membawa perubahan dalam pendapatan. Dalam satu hubungan antar-variabel selalu ditemukan berbagai tipe hubungan. Ada lima jenis hubungan yang selalu menjadi perhatian dalam penelitian empiris, yakni tipe, arah, bentuk hubungan, jumlah variabel, dan besar atau kekuatan hubungan.
            Adapun tipe-tipe perbedaan pernyataan yang dapat membuat hubungan-hubungan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Pernyataan ada hubungan: pernyataan deklaratif yang menyatakan bahwa satu variabel adalah secara kovariasional berhubungan dengan variabel lain.
b.      Pernyataan tentang arah hubungan: pernyataan deklaratif tentang apakah satu hubungan adalah positif atau negative (inverse).
c.       Pernyataan tentang bentuk hubungan: pernyataan deklaratif bahwa satu hubungan adalah linier atau kurvilinier.
d.      Pernyataan tentang “time lag”: pernyataan tentang seberapa jauh waktu lalu di antara variasi dalam variabel independen dan dependen.
e.       Pernyataan tentang kausalitas: pernyataan yang mengenalkan ada atau tidak penyebab. Jika tidak ada alasan untuk menyatakan kausalitas, pernyataan tesebut menunjukkan ada kovariasi yang tidak satu pun dispekulasi atau diketahui tentang penyebab.
1.      Sifat Hubungan
            Hubungan (relationship) yang anda identifikasi dalam satu penelitian hubungan antar-variabel jatuh pada dua kategori besar: hubungan kolerasional (correlational relationship) atau sering disebut kovariasional (covariational) dan hubungan kausal (causal relationship).
Variasi Klasifikasi Tipe Hubungan antara Variabel
Dasar Klasifikasi
Dasar Klasifikasi
Jenis
-          Korelasional
-          Kausal-Efektual
Arah (direction)
-          Positif (Direct)
-          Negative (atau Inverse)
Bentuk (forms)
-          Linier
-          Kurvilinier
Jumlah Variabel
-          Bivariat
-          Multivariate
Kekuatan (magnitude)
-          Kuat vs Lemah

2.      Hubungan Korelasional
            Gagasan tentang hubungan korelasional dinyatakan melalui pengukuran tentang hubungan yang secara umum menunjukkan pada kovariasi atau asosiasi. Oleh karena itu, hubungan kolerasional sering dipertukarkan dengan asosiasional atau kovariasional, bahkan sering disebut sebagai hubungan sejajar atau simetris, concomitant variation. Hubungan seperti ini menunjukkan bahwa dua variabel berubah secara bersamaan.
            Jadi, hubungan korelasional atau kovariasional menunjuk pada hubungan yang dipolakan antara satu variabel independen dan variabel dependen. Kovariasi secara singkat berarti bahwa dua atau lebih fenomena berubah bersama atau ketika perubahan dalam satu variabel cenderung disertai oleh perubahan khas dalam variabel lain, dua variabel dinamakan covary.
            Sebagai contoh, jika satu perubahan dalam tingkat pendidikan disertai oleh satu perubahan dalam tingkat pendapatan, kita dapat mengatakan bahwa pendidikan covaries dengan pendapatan, yaitu bahwa individu dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki pendapatan lebih tinggi daripada individu dengan tingkat pendidikan lebih rendah. Sebaliknya, jika satu perubahan terjadi dalam tingkat pendidikan tidak disertai atau diikuti oleh satu perubahan dalam tingkat pendapatan, pendidikan tidak covary dengan pendapatan.
            Korelasional atau kovariasional menyatakan perubahan dalam satu variabel diikuti perubahan dalam variabel lainnya, tetapi perubahan pada variabel lain tidak diakibatkan oleh perubahan pada variabel yang diikutinya meskipun di antara keduanya ada perubahan.
            Pernyataan hubungan kovariasional tampak seperti dalam contoh berikut: “Ada hubungan antara prestise dan kekuasaan”. Proporsisi ini menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai sejumlah prestise juga mempunyai sejumlah kekuasaan melebihi yang lain. Proporsisi ini tidak mengatakan apakah seseorang memperoleh kekuasaan sebab dia mendapatakan prestise atau seseorang menjadi berkuasa sebagai hasil dari prestise yang dia miliki.[12]
Model Hubungan Kovariasional
Prestise
Kekuasaan
 



3.      Hubungan Kausal
            Suatu hubungan disebut kausal (atau hubungan sebab-akibat) apabila dalam proporsisi secara khusus menyatakan bahwa perubahan dalam satu variabel menyebabkan suatu perubahan dalam variabel lain dalam suatu arah tertentu. Perubahan nilai dalam variabel Y disebabkan oleh perubahan nilai dari variabel X atau perubahan nilai dalam variabel Y merupakan akibat langsung dari perubahan nilai dalam X. Jadi, dalam satu hubungan kausal (causal relationship), satu variabel secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi yang lain. Beberapa peneliti menyatakan kausalitas dalam bentuk prediktif: Jika X terjadi, Y mengikuti.
            Jadi, kausalitas menunjukkan implikasi bahwa perubahan dalam variabel independen menyebabkan terjadinya perubahan dalam variabel dependen sehingga tanpa perubahan dalam variabel independen tidak akan terjadi perubahan dalam variabel dependen. Perubahan dalam variabel independen diasumsikan sebagai penyebab perubahan dalam variabel dependen dan perubahannya dapat kea rah posisitf atau negative. Oleh Karena itu, proposisi atau pernyataan kausalitas tidak saja memberikan informasi tentang hubungan atau perubahan yang terjadi secara bersamaan antara dua atau lebih variabel melainkan juga aktivitas mana sebagai sebab (cause) dan aktivitas mana sebagai akibat (effect).
            Pernyataan tentang hubungan kausal dapat menunjukkan arah hubungan positif atau negative. Ini menunjukkan perubahan nilai dalam variabel X menyebabkan perubahan nilai dalam variabel Y dan perubahan tersebut mungkin positif atau negative. Contoh pernyataan tentang hubungan kausal positif adalah sebagai berikut: “Peningkatan motivasi kerja menyebabkan peningkatan kinerja”. Proposisi ini menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi mengakibatkan tingkat kinerja yang bersangkutan akan tinggi. Atau, tingkat kinerja yang meningkat (tinggi) merupakan akibat dari motivasi kerja yang meningkat (tinggi).

Model Hubungan Kausal arah Positif
antara Motivasi Kerja dan Kinerja
Motivasi Kerja
Kinerja
(+)

            Sedangkan, contoh pernyataan hubungan kausal negative adalah sebagai berikut: “Peningkatan motivasi kerja menyebabkan penurunan tingkat kemangkiran kerja”. Proposisi ini menyatakan bahwa seorang pegawai yang memiliki motivasi kerja yang meningkat akan mengakibatkan tingkat kemangkiran kerjanya menurun. Atau, seorang pegawai yang memiliki tingkat kemangkiran kerja rendah merupakan akibat dari orang tersebut memiliki tingkat motivasi kerja tinggi. Jadi, makin tinggi tingkat kepuasan kerja seseorang mengakibatkan semakin rendah tingkat kemangkirannya dalam bekerja.[13]
Model Hubungan Kausal arah Negatif
Antara Motivasi Kerja dan Tingkat Kemangkiran
Kemangkiran
Motivasi Kerja
(-)
                                                                 
                                                              






BAB III
PENUTUP
A.    Latar Belakang
Sifat dan hakikat teori terletak pada penjelasan dan prediksinya tentang fenomena-fenomena yang diamati. Proposisi merupakan satu elemen penting dari teori. Kita dapat mendefinisikan satu proposisi sebagai salah satu pernyataan tentang hubungan di antara dua atau lebih konsep atau variabel. Karena itu, satu dimensi penting dari teori (atau dalam penjelasan dan prediksi) meliputi hubungan antara fenomena atau variabel yang dijelaskan (variabel dependen) terhadap fenomena atau variabel eksplanatori lain (variabel independen) berdasarkan hukum-hukum umum atau teori-teori.
Variabel merupakan fenomena yang dapat diukur atau diamati karena memiliki nilai atau kategori. Dalam suatu hubungan antara variabel, ditemukan berbagai jenis variabel. Memahami jenis-jenis variabel dalam sebauh hubungan antara variabel merupakan keharusan bagi peneliti dalam penelitian kuantitatif. Variabel dapat dibedakan berdasarkan dua ciri, yaitu posisi dan urutan waktu dengan pengukurannya. Berdasarkan waktu atau posisi atau lokasi variabel dalam hubungan antara variabel, umumnya variabel diklasifikasikan kedalam empat tipe dasar. Empat tipe dasar variabel tersebut ialah variabel independen (independent variable), variabel dependen (dependent variable), variabel antara (intervening variable), variabel kontingensi (contingency variable).
            Secara sistematis membawa perubahan dalam nilai variabel lain disebut variabel dependen. Sebagai contoh, perubahan tingkat pendidikan membawa perubahan dalam pendapatan. Dalam satu hubungan antar-variabel selalu ditemukan berbagai tipe hubungan. Ada lima jenis hubungan yang selalu menjadi perhatian dalam penelitian empiris, yakni tipe, arah, bentuk hubungan, jumlah variabel, dan besar atau kekuatan hubungan.

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2013
Kuswana, Dadang, Metode Penelitian Sosial, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2011
Narbuko, Cholid, Metodelogi Penelitian: memberikan bekal teoretis pada mahasiswa tentang metodelogi penelitian serta diharapkan dapat melaksanakan penelitian dengan langkah-langkah yang benar/Cholid Narbuko, H. Abu Achmadi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Silalahi, Ulber, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 1989
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kaulitatif dan R&D, Bandung: ALFABETA, 2011
Widi, Restu Kartika, Asas Metodelogi Penelitian (Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian), Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010




[1] Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm 48
[2] Dadang Kuswana, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2011), hlm 155
[3] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm 129
[4] Cholid Narbuko, Metodelogi Penelitian: memberikan bekal teoretis pada mahasiswa tentang metodelogi penelitian serta diharapkan dapat melaksanakan penelitian dengan langkah-langkah yang benar/Cholid Narbuko, H. Abu Achmadi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm 119
[5] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kaulitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2011), hlm 39
[6] Dadang Kuswana, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2011), hlm 156
[7] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kaulitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2011), hlm 39
[8] Dadang Kuswana, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2011), hlm 157
[9] Restu Kartika Widi, Asas Metodelogi Penelitian (Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm 168
[10] Cholid Narbuko, Metodelogi Penelitian: memberikan bekal teoretis pada mahasiswa tentang metodelogi penelitian serta diharapkan dapat melaksanakan penelitian dengan langkah-langkah yang benar/Cholid Narbuko, H. Abu Achmadi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm 121
[11] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013) hlm 159
[12] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm 142
[13] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm 144